Kiat Mencapai Orgasme Saat Bercinta

2008/05/12

Lifestyle Zone Artis. Apa enaknya bercinta tanpa orgasme? Ternyata ada beberapa wanita yang mengaku belum pernah mencapai klimaks saat berhubungan intim dengan pasangannya. Padahal inti dari proses bercinta ialah mencapai "the big O" atau orgasme.

Nah, agar Anda dapat memeroleh kondisi itu saat melakukan hubungan intim, ada beberapa hal yang harus diketahui. Menurut Dr Anita Gunawan MS SpAnd, androlog dari Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP), terdapat empat tahap dari proses seksual yang harus diketahui oleh masing-masing pasangan.

"Sebelum sampai ke penetrasi, harus diketahui terlebih dahulu empat tahapan proses seksual. Artinya, ada gairah, fase rangsangan, bagaimana rangsangannya maksimal hingga mencapai orgasme, dan resolusi atau kembali ke awal sebelum terjadinya hubungan intim," kata Anita saat dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Senin (12/5/2008).

Setelah gairah tercipta, sambungnya, langsung dilanjutkan pada fase berikutnya yaitu mendatangkan rangsangan. Pada fase ini, pasangan benar-benar harus melakukannya secara optimal. Namun, peranan kedua pihak harus sama-sama aktif dengan cara saling membantu mengarahkan di mana daerah-daerah rangsangnya sehingga hubungan tersebut tercapai secara maksimal.

Adapun cara merangsangnya, menurut Anita, dapat dilakukan dengan meraba, membelai, merayu, dan mencium. Bahkan, tak ada salahnya bila langsung merangsang daerah klitoris. Karena pada sebagian besar wanita membutuhkan sentuhan langsung untuk mencapai orgasme.

Sementara pada pria, masih menurut penggemar olahraga yoga dan berkebun ini, biasanya melakukan hubungan intim melalui mata. Karena pada umumnya pria bila melihat sesuatu yang erotik maka akan suka dan mudah tergoda.

Setelah semua tahap itu dilakukan dengan benar dan maksimal, maka idealnya orgasme dan satisfaction (kepuasan seksual) akan tercipta. Baru pada tahap berikutnya ialah kembali ke kehidupan sebelum terjadinya hubungan seksual," terang almamater Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang itu.

Selain keempat faktor di atas, lanjut Anita, ternyata ada hal lain yang menyebabkan wanita sulit meraih orgasme. Salah satunya ialah bagaimana hubungan antara pasangan suami istri (pasutri) itu. Karena pada wanita, yang berperan adalah emosinya. Seorang wanita melakukan hubungan intim melibatkan emosi, sehingga harus ada perasaan suka terlebih dahulu.

"Tersumbatnya pikiran oleh masalah rumah tangga atau pekerjaan dapat menjadi salah satu penyebab sulitnya meraih orgasme. Karena itu, sebaiknya kedua belah pihak saling berusaha memberi suasana santai dan membebaskan diri dari masalah agar orgasme tercapai," papar wanita yang menyelesaikan program Master di bidang Andrologi Universitas Airlangga, Surabaya itu.

Tak hanya itu saja, lanjutnya, masih ada faktor lain yang memengaruhi wanita untuk mencapai orgasme yaitu kondisi kesehatan. Menurut konsultan seksual di beberapa media di Indonesia itu, bila seorang wanita sedang dalam kondisi tubuh yang sakit, biasanya dia tak bisa melakukan hubungan intim.

"Misalnya kondisi wanita yang kelebihan hormon androgen, biasanya membuat gairah kaum hawa itu menurun. Tapi kondisi ini tak terlalu berpengaruh besar, karena pada wanita faktor pikiran (psikologis) sangat berperan penting," tukasnya.

AddThis Social Bookmark Button


Pinggul & Bokong Besar, Reduksi Serangan Diabetes

Lifestyle Zone Artis. Bentuk pinggul dan bokong besar tidak selamanya buruk. Sekolah Pendidikan Kedokteran Harvard, Boston, menyatakan, pinggul dan bokong besar justru melindungi Anda dari serangan penyakit diabetes.

Penelitian yang dipimpin Dr Ronald Kahn tersebut menemukan lemak yang terkumpul di bawah kulit justru membantu memperbaiki kepekaan hormon insulin. Hormon inilah yang bertanggung jawab mengatur peredaran darah.

Kahn bersama peneliti lainnya melakukan eksperimen pada tikus percobaan. Dalam eksperimen, tikus percobaan mendapatkan pencangkokan sejenis lemak ke dalam perut hingga kemudian menyusut. Meskipun sang tikus tidak memiliki kesempatan diet atau level aktivitas mereka membaik.

"Ini hasil yang mengejutkan. Kami menemukan efek yang memberi manfaat. Terutama jika kamu meletakkan lemak jauh di kedalaman perut," kata Kahn. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Cell Metabolism.

Kahn memulai penelitian atas dasar ingin mengetahui lemak yang diletakkan pada daerah tubuh yang berbeda, maka akan memberikan efek yang berbeda. Terutama dalam hal risiko terhadap penyakit yang berhubungan dengan metabolisme seperti diabetes.

Tim peneliti menguji teori bahwa terkadang lemak yang terkumpul dalam perut atau dikenal sebagai "lemak dalam" bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes dan jantung. Sementara orang bertubuh bulat, berlemak di pinggul dan bokong, justru berisiko lebih rendah terkena penyakit diabetes dan jantung.

Lalu, dia mengembangkan beberapa tahap eksperimen. Tahap pertama, para peneliti mencangkok sel lemak dari tikus pendonor ke dalam perut tikus uji coba. Lemak itu ditanam di bawah kulit tikus uji coba.

Tikus yang mendapatkan cangkokan lemak di bawah kulit perut mereka justru menjadi semakin kurus setelah beberapa pekan. Selain itu, tikus ini juga mengalami perbaikan peredaran darah dan level hormon insulin dibandingkan tikus lainnya yang tidak mengalami pencangkokan.

"Apa yang kami temukan ini adalah setelah menanamkan lemak, ada perbaikan metabolisme tubuh. Kami kira ini merupakan hasil temuan yang penting," sebut Khan. Pasalnya, tidak semua lemak selalu buruk.

Namun, untuk mengetahui lebih jauh aspek khusus apa dari sel lemak, memerlukan penelitian lanjutan.

Para peneliti bertujuan menemukan zat kimia yang diproduksi sel lemak yang memberi harapan pengembangan obat antidiabetes, atau lainnya. Meskipun lemak dikenal memproduksi sejumlah hormon, menurut Kahn, selama proses eksperimen tidak satu pun hormon yang dikenal muncul.

"Jika kami bisa merekam zat kimia tersebut, mungkin kami akan memiliki kesempatan untuk mengubahnya menjadi pedoman untuk membuat obat," sebutnya. Namun, bagi pemilik pinggul dan bokong besar, tidak semua mendapatkan kabar baik. Sebab, berdasarkan hasil penelitian tim peneliti dari RS Adelaide, Dublin, Irlandia,bokong besar justru mengurangi efektivitas suntikan obat.

Menurut Ketua Tim Peneliti Victoria O Chan, bokong yang besarnya terlalu berlebihan pada wanita justru mengurangi keefektifan vaksin, obat pengurang rasa sakit, kontrasepsi, serta obat-obatan lainnya. Sebab, obat-obatan tersebut harus disuntikkan melalui otot gluteal pada bokong. "Suntikan yang dilakukan melalui bokong yang terlalu besar ternyata tidak efektif. Ini terbukti dari hasil analisa pada populasi orang dewasa di negara Barat," kata Chan.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti melibatkan 50 pasien sebagai responden pria dan wanita dengan usia antara 21-87 tahun. Semua responden menerima suntikan obat melalui bokong. Setelah itu, para responden dijadwalkan mengikuti analisa menggunakan CT Scan.

Para peneliti kemudian menyuntikkan obat bersama satu mililiter udara, lalu CT Scan melacak keberadaan gelembung udara dan obat tersebut. Ini untuk mengetahui apakah obat benar-benar telah masuk ke dalam jaringan otot, atau terhenti dan terganggu karena lemak.

Bagian atas bokong atau seperempatnya merupakan area di mana suntikkan obat dilakukan. Wilayah ini memiliki relatif sedikit urat saraf, tulang, dan lebih banyak pembuluh darah. Namun, banyaknya pembuluh darah pada area ini justru membuatnya rentan mengalami gangguan.

Terbukti, berdasarkan hasil CTScan yang dianalisa oleh tim peneliti, hanya 32 persen suntikan obat pada bokong besar yang benar-benar mampu mencapai jaringan otot. Sementara sisanya terhenti dan terganggu oleh sel lemak. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada wanita ketimbang pria.

Perbandingannya 56 persen pria berbokong besar suntikan obatnya masih bisa mencapai jaringan otot. Sementara pada wanita hanya 8 persen atau dua dari 25 responden. Chan masih belum bisa menyimpulkan seharusnya berapa banyak obat yang diberikan kepada orang dengan bokong besar agar efektif.

AddThis Social Bookmark Button


Waspadai Kelaparan Tersembunyi

Lifestyle Zone Artis. Masalah perekonomian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan kesehatan. Salah satu dampaknya, kekurangan gizi mikro (KGM) yang dapat menurunkan produktivitas kerja.

Asupan gizi seimbang akan mendukung kesehatan optimal. Masalah utama yang berdampak negatif pada sumber daya manusia adalah kekurangan gizi mikro (KGM) atau kekurangan vitamin dan mineral. Biasa disebut dengan kelaparan tersembunyi.

Indonesia saat ini masih mengalami masalah gizi mikro yang cukup serius. Data dari Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan, penderita kekurangan gizi mikro terutama zat besi dan yodium menimpa hampir separuh penduduk Indonesia atau sekitar 100 juta penduduk.

Sementara itu, World Health Organization (WHO) mencatat hampir 3 miliar penduduk dunia mengalami kekurangan gizi mikro pada tahun 2000.

Ahli Gizi, Prof (EM) Soekirman, SKM, MPS-ID, Ph D mengatakan, dalam masyarakat terdapat dua jenis kelaparan. Pertama, kelaparan yang nyata, di antaranya seperti perut kosong, kurang karbohidrat, dan busung lapar. Namun, ada juga jenis kelaparan yang tidak terlihat.

"Kelaparan tersembunyi inilah yang merupakan penyakit kelaparan yang tidak terlihat. Penyakit ini adalah penyakit yang dialami oleh seseorang karena kurang vitamin dan mineral," ujarnya dalam penandatanganan MoU antara KFI dan Kraft Cares Foundation di Bidang Training dan Advokasi Fortifikasi, di Gran Melia.

Zat gizi mikro dibutuhkan tubuh sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan yang besar. Penderita gizi ini biasanya menyerang pada ibu hamil dan menyusui serta anakanak. "Kota yang terbanyak kasus gizi mikro ini berada di daerah Indonesia bagian timur dan Jawa tengah," ungkap Soekirman.

KGM dapat berdampak yang serius, yaitu dapat menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta menurunkan produktivitas kerja. Selain itu, penyakit itu juga menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terkena infeksi dan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

"Indonesia dalam waktu empat tahun berikutnya yang dihitung sejak tahun 2008, memiliki potensi untuk mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp110,2 triliun yang disebabkan anemia zat gizi besi saja," tuturnya.

Dia menjelaskan, jumlah kerugian dari data tersebut di antaranya dihitung berdasarkan kuantitas daya kerja yang menurun. Serta, anak yang sering bolos hingga dikeluarkan dari sekolah karena kekurangan vitamin dan mineral.

"Dari hal-hal kecil itu, jika banyak kasusnya maka akan menimbulkan kerugian yang besar," jelas Soekirman.

Diharapkan kepedulian masyarakat termasuk pemerintah untuk penanganan hal tersebut. "Banyak pihak yang membantu menangani masalah gizi mikro ini, termasuk Kraft. Selain itu, pemerintah juga turut membantu permasalahan kelaparan tersembunyi," jelas Manajer PT Kraft Foods Indonesia, Steven Tan.

Peranan Pemerintah di antaranya, turut terlibat membuat kebijakan, peraturan dan penegakan aturan, memonitor dan mengevaluasi program serta penyelenggaraan komunikasi, edukasi, dan informasi kepada masyarakat.

Soekirman menambahkan, saat ini pemerintah tengah mengkaji pengembangan fortifikasi minyak goreng curah dengan vitamin A dan pengembangan sprinkle, yaitu vitamin dan mineral yang ditambahkan dengan cara ditaburkan pada air susu ibu (ASI) untuk anak balita. "Saat ini sedang diujicoba di Makassar," pungkasnya.

AddThis Social Bookmark Button


 

Design by Amanda @ Blogger Buster