Waspadai Kelaparan Tersembunyi

2008/05/12

Lifestyle Zone Artis. Masalah perekonomian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan kesehatan. Salah satu dampaknya, kekurangan gizi mikro (KGM) yang dapat menurunkan produktivitas kerja.

Asupan gizi seimbang akan mendukung kesehatan optimal. Masalah utama yang berdampak negatif pada sumber daya manusia adalah kekurangan gizi mikro (KGM) atau kekurangan vitamin dan mineral. Biasa disebut dengan kelaparan tersembunyi.

Indonesia saat ini masih mengalami masalah gizi mikro yang cukup serius. Data dari Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan, penderita kekurangan gizi mikro terutama zat besi dan yodium menimpa hampir separuh penduduk Indonesia atau sekitar 100 juta penduduk.

Sementara itu, World Health Organization (WHO) mencatat hampir 3 miliar penduduk dunia mengalami kekurangan gizi mikro pada tahun 2000.

Ahli Gizi, Prof (EM) Soekirman, SKM, MPS-ID, Ph D mengatakan, dalam masyarakat terdapat dua jenis kelaparan. Pertama, kelaparan yang nyata, di antaranya seperti perut kosong, kurang karbohidrat, dan busung lapar. Namun, ada juga jenis kelaparan yang tidak terlihat.

"Kelaparan tersembunyi inilah yang merupakan penyakit kelaparan yang tidak terlihat. Penyakit ini adalah penyakit yang dialami oleh seseorang karena kurang vitamin dan mineral," ujarnya dalam penandatanganan MoU antara KFI dan Kraft Cares Foundation di Bidang Training dan Advokasi Fortifikasi, di Gran Melia.

Zat gizi mikro dibutuhkan tubuh sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan yang besar. Penderita gizi ini biasanya menyerang pada ibu hamil dan menyusui serta anakanak. "Kota yang terbanyak kasus gizi mikro ini berada di daerah Indonesia bagian timur dan Jawa tengah," ungkap Soekirman.

KGM dapat berdampak yang serius, yaitu dapat menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta menurunkan produktivitas kerja. Selain itu, penyakit itu juga menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terkena infeksi dan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

"Indonesia dalam waktu empat tahun berikutnya yang dihitung sejak tahun 2008, memiliki potensi untuk mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp110,2 triliun yang disebabkan anemia zat gizi besi saja," tuturnya.

Dia menjelaskan, jumlah kerugian dari data tersebut di antaranya dihitung berdasarkan kuantitas daya kerja yang menurun. Serta, anak yang sering bolos hingga dikeluarkan dari sekolah karena kekurangan vitamin dan mineral.

"Dari hal-hal kecil itu, jika banyak kasusnya maka akan menimbulkan kerugian yang besar," jelas Soekirman.

Diharapkan kepedulian masyarakat termasuk pemerintah untuk penanganan hal tersebut. "Banyak pihak yang membantu menangani masalah gizi mikro ini, termasuk Kraft. Selain itu, pemerintah juga turut membantu permasalahan kelaparan tersembunyi," jelas Manajer PT Kraft Foods Indonesia, Steven Tan.

Peranan Pemerintah di antaranya, turut terlibat membuat kebijakan, peraturan dan penegakan aturan, memonitor dan mengevaluasi program serta penyelenggaraan komunikasi, edukasi, dan informasi kepada masyarakat.

Soekirman menambahkan, saat ini pemerintah tengah mengkaji pengembangan fortifikasi minyak goreng curah dengan vitamin A dan pengembangan sprinkle, yaitu vitamin dan mineral yang ditambahkan dengan cara ditaburkan pada air susu ibu (ASI) untuk anak balita. "Saat ini sedang diujicoba di Makassar," pungkasnya.

AddThis Social Bookmark Button


 

Design by Amanda @ Blogger Buster